SICKLE CELL DISEASE
Disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Bioscience I yang diampu oleh Ns. Sujati
Oleh Kelompok :
1.
Anggi Yonaningtyas (13.1217)
2.
Lita Sulistyo Ningrum (13.1235)
3.
Nabila (13.1241)
4.
Nur Indah Rahmahwati (13.1245)
5.
Rahmatul Delima (13.1252)
6.
Ria Andini Saputri (13.1255)
AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH
PROVINSI JAWA TENGAH
UNGARAN
2013
BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang
Anemia sel sabit merupakan kelainan genetik pada
tubuh manusia. Kelainan genetika merupakan salah satu kelainan yang disebabkan
kesalahan pencetakan protein DNA. Meskipun disebut kelaianan, namun kelaianan
ini dapat bersifat menguntungkan, maupun merugikan. Penurunan sifat gen pertama
kali di ungkapkan oleh Mendell. Yang menyebutkan bahwa sifat dari orang tua
diturunkan kepada keturunannya dengan perbandingan yang tetap.
Penyakit sel sabit (sickle cell disease) adalah
suatu penyakit keturunan yang ditandai dengan sel darah merah yang berbentuk
sabit dan anemia hemolitik kronik. Pada penyakit sel sabit, sel darah merah
memiliki hemoglobin (protein pengangkut oksigen) yang bentuknya abnormal,
sehingga mengurangi jumlah oksigen di dalam sel dan menyebabkan bentuk sel
menjadi seperti sabit. Penderita selalu mengalami berbagai tingkat
anemia dan sakit kuning (jaundice) yang ringan, tetapi mereka hanya memiliki
sedikit gejala lainnya.
Gejala yang dialami antara lain semakin
memburuknya anemia secara tiba-tiba, nyeri (seringkali dirasakan di perut atau
tulang-tulang panjang), demam, kadang sesak nafas.
Penyakit sel sabit tidak dapat diobati, karena
itu pengobatan ditujukan untuk mencegah terjadinya krisis, mengendalikan
anemia, serta mengurangi gejala sickle cell. Untuk lebih jelasnya pengertian, penyebab, gejala sampai pengobatan
atau penanggulangannya akan disampaikan pada bab selanjutnya.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
PENGERTIAN
Penyakit sel sabit (sickle cell disease) adalah suatu penyakit
keturunan yang ditandai dengan sel darah merah yang berbentuk sabit dan anemia
hemolitik kronik. Pada penyakit sel sabit, sel darah merah memiliki hemoglobin
(protein pengangkut oksigen) yang bentuknya abnormal, sehingga mengurangi
jumlah oksigen di dalam sel dan menyebabkan bentuk sel menjadi seperti sabit.
Sel yang berbentuk sabit menyumbat dan merusak pembuluh darah
terkecil dalam limpa, ginjal, otak, tulang dan organ lainnya; dan menyebabkan
berkurangnya pasokan oksigen ke organ tersebut. Sel sabit ini rapuh dan akan
pecah pada saat melewati pembuluh darah, menyebabkan anemia berat, penyumbatan
aliran darah, kerusakan organ dan mungkin kematian.
Anemia sel sabit adalah kondisi serius di mana sel-sel darah merah
menjadi berbentuk bulan sabit, seperti huruf C. Sel darah merah normal
berbentuk donat tanpa lubang (lingkaran, pipih di bagian tengahnya), sehingga
memungkinkan mereka melewati pembuluh darah dengan mudah dan memasok oksigen
bagi seluruh bagian tubuh. Sulit bagi sel darah merah berbentuk bulan sabit
untuk melewati pembuluh darah terutama di bagian pembuluh darah yang menyempit,
karena sel darah merah ini akan tersangkut dan akan menimbulkan rasa sakit,
infeksi serius, dan kerusakan organ tubuh.
2. PENYEBAB
Gen Dominan dan Resesif Anemia Sel Sabit
Di dalam eritrosit terdapat zat hemoglobin,
terdiri dari globin yang berupa protein dan hem yang bukan protein. Hem pada
semua hemoglobin adalah identik, sedangkan globin berbeda-beda pada spesies
yang berlainan. Kebanyakan orang memiliki hemoglobin yang dikenal sebagai
hemoglobin A. Untuk pembentukan hemoglobin ini dibutuhkan adanya gen HbA,
sehingga kebanyakan orang mempunyai genotip HbAHbA.
Di samping itu dikenal pula hemoglobin lain yang terdapat di dalam
eritrosit orang yang menderita anemia. Karena bentuk eritrositnya pada
penderita ini menyerupai sabit (dalam bahasa Inggris disebut ”sickle-cell”),
maka anemianya dinamakan anemia sel sabit (”sickle-cell anemia”) dan
hemoglobinnya disebut hemoglobin S. Terbentuknya hemoglobin S ini ditentukan
oleh gen HbS, sehingga orang yang menderita penyakit anemia sel sabit mempunyai
genotip HbSHbS.
Atau dapat pula ditulis
Individu sehat : HbAHbA
Individu terkena anemia sel sabit : HbSHbS
Individu genotip heterozigot : HbAHbS
Individu sehat : HbAHbA
Individu terkena anemia sel sabit : HbSHbS
Individu genotip heterozigot : HbAHbS
Orang heterozigotik HbAHbS memiliki dua macam
sel darah merah, yaitu yang mengandung hemoglobin A dan ada yang mengandung
hemoglobin S. Oleh karena membentuk dua macam hemoglobin, maka gen HbA dan HbS
merupakan gen-gen kodominan. Orang heterozigotik HbAHbS biasanya tidak
menderita anemia separah yang homozigotik untuk alel S yang menyebabkan anemia
sel sabit.
3. GEJALA
Penyakit ini mula-mula dikenal pada tahun 1910 ketika ada
seorang anak Indian merasa sakit pada otot-ototnya dan demam panas. Tes
kesehatan membuktikan bahwa ia memiliki sel-sel darah merah bentuk sabit. Dalam
tahun 1928 dapat dibuktikan bahwa penyakit anemia sel sabit ini keturunan.
Sel-sel darah merah normal berubah menjadi bentuk sabit karena hemoglobin mengalami kelainan, sehingga molekul-molekul hemoglobin bersambungan membentuk serabut-serabut panjang yang mengakibatkan distorsi pada membran sel darah merah. Sel-sel darah merah sabit ini dapat merintangi aliran darah terutama dalam pembuluh-pembuluh darah kecil dan juga tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik dalam mengangkut O2 dan CO2 ke dan dari jaringan. Penderita selalu mengalami berbagai tingkat anemia dan sakit kuning (jaundice) yang ringan, tetapi mereka hanya memiliki sedikit gejala lainnya. Berbagai hal yang menyebabkan berkurangnya jumlah oksigen dalam darah, (misalnya olah raga berat, mendaki gunung, terbang di ketinggian tanpa oksigen yang cukup atau penyakit) bisa menyebabkan terjadinya krisis sel sabit,yang ditandai dengan:
Sel-sel darah merah normal berubah menjadi bentuk sabit karena hemoglobin mengalami kelainan, sehingga molekul-molekul hemoglobin bersambungan membentuk serabut-serabut panjang yang mengakibatkan distorsi pada membran sel darah merah. Sel-sel darah merah sabit ini dapat merintangi aliran darah terutama dalam pembuluh-pembuluh darah kecil dan juga tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik dalam mengangkut O2 dan CO2 ke dan dari jaringan. Penderita selalu mengalami berbagai tingkat anemia dan sakit kuning (jaundice) yang ringan, tetapi mereka hanya memiliki sedikit gejala lainnya. Berbagai hal yang menyebabkan berkurangnya jumlah oksigen dalam darah, (misalnya olah raga berat, mendaki gunung, terbang di ketinggian tanpa oksigen yang cukup atau penyakit) bisa menyebabkan terjadinya krisis sel sabit,yang ditandai dengan:
1)
semakin memburuknya
anemia secara tiba-tiba
2)
nyeri (seringkali
dirasakan di perut atau tulang-tulang panjang)
3)
demam
4)
kadang sesak nafas.
Nyeri perut bisa sangat
hebat dan bisa penderita bisa mengalami muntah. Gejala ini mirip dengan
apendisitis atau suatu kista indung telur. Pada anak-anak, bentuk yang umum
dari krisis sel sabit adalah sindroma dada, yang ditandai dengan nyeri dada
hebat dan kesulitan bernafas. Penyebab yang pasti dari sindroma dada ini tidak
diketahui tetapi diduga akibat suatu infeksi atau tersumbatnya pembuluh darah
karena adanya bekuan darah atau embolus (pecahan dari bekuan darah yang
menyumbat pembuluh darah). Sebagian besar penderita mengalami pembesaran limpa
selama masa kanak-kanak.
Anak-anak yang menderita
penyakit ini seringkali memiliki tubuh yang relatif pendek, tetapi lengan,
tungkai, jari tangan dan jari kakinya panjang. Perubahan pada tulang dan sumsum
tulang bisa menyebabkan nyeri tulang, terutama pada tangan dan kaki. Bisa
terjadi episode nyeri tulang dan demam, dan sendi panggul mengalami kerusakan
hebat sehingga pada akhirnya harus diganti dengan sendi buatan. Sirkulasi ke
kulit yang jelek dapat menyebabkan luka terbuka di tungkai, terutama pada
pergelangan kaki.
Kerusakan pada sistem
saraf bisa menyebabkan stroke. Pada penderita lanjut usia, paru-paru dan ginjal
mengalami penurunan fungsi. Pria dewasa bisa menderita priapisme (nyeri ketika
mengalami ereksi). Kadang air kemih penderita mengandung darah karena adanya
perdarahan di ginjal. Jika diketahui bahwa perdarahan ini berhubungan dengan
rantai sel sabit, maka penderita tidak boleh menjalani pembedahan eksplorasi
dengan jarum.
4. PEWARISAN SIFAT
Perkawinan Individu normal dengan penderita anemia sel sabit :
Perkawinan Individu normal dengan penderita anemia sel sabit :
P1 : normal x anemia sel sabit
HbAHbA
x HbSHbS
Gamet: HbA
HbS
F1 : HbAHbS
F1 : HbAHbS
100%
normal heterozigot
P2 : HbAHbS x HbAHbS
Gamet : HbA HbA
HbS
HbS
F2 : HbAHbA normal 25%
HbAHbS normal heterozigot 50%
HbSHbS anemia sel sabit 25%
5.
PENGOBATAN
Dulu penderita penyakit sel sabit jarang hidup sampai usia diatas
20 tahun, tetapi sekarang ini mereka biasanya dapat hidup dengan baik sampai
usia 50 tahun.
Penyakit sel sabit tidak dapat diobati, karena itu pengobatan ditujukan untuk:
Penyakit sel sabit tidak dapat diobati, karena itu pengobatan ditujukan untuk:
1)
mencegah terjadinya
krisis
2)
mengendalikan anemia
3)
mengurangi gejala
Penderita harus
menghindari kegiatan yang bisa menyebabkan berkurangnya jumlah oksigen dalam
darah mereka dan harus segera mencari bantuan medis meskipun menderita penyakit
ringan, misalnya infeksi virus.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Sickle
cell adalah kelainan bentuk sel darah
merah yang berbentuk seperti bulan sabit. Sulit bagi sel darah merah berbentuk bulan sabit untuk melewati
pembuluh darah terutama di bagian pembuluh darah yang menyempit, karena sel
darah merah ini akan tersangkut dan akan menimbulkan rasa sakit, infeksi
serius, dan kerusakan organ tubuh.
Sickle cell adalah kelainan yang diturunkan dari orang tua kepada anaknya.
Kelainan ini tidak dapat diobati, hanya saja perlu dilakukan perawatan dan
penekanan penyakit – penyakit yang dapat dipicu dari penyakit ini.
Saran
Demikianlah yang dapat
penulis paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini,
tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahan,karena terbatasnya pengetahuan
da kurangnya rujukan atau referensi yang ada.Penulis banyak berharap para
pembaca memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga
makalah ini berguna, bagi penulis khususnya dan juga para pembaca yang budiman
pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, E. M, Mary F.M, Alice C.G, (2002),
Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta.
Smeltzer
C. Suzanne, Bare G. Brendo, (2002), Keperawatan Medikal Bedah, vol. 3, EGC :
Jakarta.
Price A. S, Wilson M. Lorraine, (1995), Patofisiologi, vol. 2, EGC : Jakarta.
Hoffbrand V.A, Pettit E.J, (1996), Kapita Selekta Hematologi, EGC : Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar